📖 Biografi Mariah Yufa
"Untuk Sebuah Hati"
---
Bab 1 – Awal Kehidupan
Mariah Ulfah Al-Qibtiyah, yang akrab disapa Mariah Yufa, lahir di Jakarta pada 29 Maret 1983. Ia merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, tumbuh dalam keluarga yang sederhana namun sarat dengan nilai religius. Sejak kecil, Mariah dikenal sebagai sosok yang tenang, gemar membaca, dan memiliki kepekaan pada dunia perasaan serta kata-kata.
---
Bab 2 – Pendidikan dan Organisasi
Ketertarikannya pada bahasa dan sastra membawa Mariah menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA), jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Saat remaja, ia aktif dalam berbagai kegiatan organisasi, di antaranya:
OSIS MAN 2 Jakarta (Koordinator Ekstrakurikuler Teater)
Pembina Pramuka, Paskibra, Majalah Greast, Kajian Akhwat SMA PKP Jakarta Islamic School.
Kecintaannya pada seni, sastra, dan kepemimpinan membentuk karakter disiplin sekaligus peka terhadap lingkungan sekitar.
---
Bab 3 – Mengabdi di Dunia Pendidikan
Setelah menyelesaikan pendidikan, Mariah menekuni dunia mengajar.
Guru di SMA dan SMK 2 PKP Jakarta Islamic School
Mentor di Bimbel Primagama
Pembina kegiatan ekstrakurikuler dan kepanitiaan.
Baginya, profesi guru adalah jalan dakwah. Ia tidak hanya mengajarkan ilmu, tetapi juga menanamkan nilai, adab, dan keteladanan.
---
Bab 4 – Lahirnya Untuk Sebuah Hati
Perjalanan hidup tidak selalu mudah. Dalam banyak episode, Mariah merasakan bagaimana hati manusia bisa rapuh. Dari refleksi pribadi, doa, dan pengalaman hidup itulah lahir sebuah karya dakwah personal bernama “Untuk Sebuah Hati”.
Melalui ruang ini, ia menulis dengan bahasa yang sederhana namun penuh makna. Pesan yang dibawa adalah keteguhan iman, kesabaran dalam ujian, serta pengingat bahwa hati harus selalu kembali kepada Allah.
---
Bab 5 – Dakwah dan Literasi
Selain menulis, Mariah juga aktif memberikan kajian di berbagai majelis, termasuk sebagai pembina Majelis Taklim Al-Qibtiyah. Ia menggabungkan pendekatan sastra dengan pesan keislaman, menjadikan tulisannya lembut sekaligus menyentuh sisi terdalam pembaca.
Karya-karyanya dalam Untuk Sebuah Hati menjadi cermin perjalanan spiritual, juga penguat bagi mereka yang tengah mencari ketenangan.
---
Bab 6 – Filosofi Hidup
Filosofi yang dipegang Mariah Yufa adalah:
“Setiap hati punya luka dan rapuhnya masing-masing. Tetapi justru dari situlah kekuatan terbesar muncul, bila hati disandarkan hanya kepada Allah, Sang Pemilik Hati.”
---
Penutup
Bagi Mariah Yufa, Untuk Sebuah Hati bukan sekadar nama, melainkan amanah. Ia ingin terus menjaga agar setiap kata yang ia tulis menjadi pengingat, bahwa hati—seberapapun lemah—selalu bisa menemukan kekuatannya ketika dekat dengan Allah.
Penulis : Nakula Sadewa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar